news
Cara Menghancurkan Malaysia
Berita yang muncul belakangan ini diberbagai media tentang slogan provokatif “Ganyang Malaysia” bukan keinginan masyarakat Indonesia.
Coba saja tanya tukang sayur di pasar, tukang becak atau petani dan nelayan apakah mereka peduli soal ini. itu hanya keinginan sekelompok kecil orang yang ingin menempatkan Indonesia pada situasi yang tidak menyenangkan.
Selama ini banyak kok jasa Malaysia terhadap indonesia, jadi jangan itu diabaikan. Perang hanya akan mendatangkan persoalan yang lebih besar terhadap negeri ini.
Jadi jangan sampai salah bertindak hanya karena tindakan provokatip dari orang2 yang tidak ingin Indonesia dan Malaysia rukun.
Perang memang bukanlah jalan yang tepat, tapi seyogyanya diplomasi yang berwibawa harus ditampilkan. Sebab sepertinya kita ini bukan seperti fihak yang MENGALAH, tapi justru tampak banget seperti fihak yang digencet dan SELALU KALAH.
Kenapa bisa jadi begini ? Dan dimata internasional kita ini seperti bangsa babu dan jongos selalu. Apakah ini salah bunda mengandung ? Atau apakah kita ini bangsa yang sudah salah asuhan ? Yang jelas sejak koruptor meraja-lela dan menjadi adikuasa di negeri ini, rakyat Indonesia seperti serba gregetan. Uring-uringan, mau marah terus tapi selalu jedog…. ketatap tembok beton.
Nah dari sinilah bangsa kita tambah jadi seperti orang yang kehilangan fungsi kontrolnya, karena tidak tahu harus membalas kepada siapa atas segala kesengsaraannya itu. Mereka buntu…. tidak punya tempat mengadu….tidak melihat ada harapan-harapan baru yang bisa menyelesaikan masa depan mereka. Segala kebijaksanaan baru justru tambah menyengsarakannya, dan menambah peluang baru bagi koruptor untuk beraksi yang lebih seru, dan yang begini ini malah membuat sakit hati rakyat kecil dan anak-anak muda yang susah cari kerja.
Dengan adanya Malaysia yang usil ini sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk mengkristalkan rasa nasionalisme, kemudian sekarang tinggal mengkelolanya saja agar rasa nasionalisme itu diarahkan ke arah musuh yang nyata dari negeri kita, yaitu para koruptor dan penculas bangsa.
Saya yakin kalau para koruptor dan para penculas negeri ini ditindak tegas, kemudian diberi sanksi yang setimpal dengan rasa sakit hati rakyat, pastilah segala geram akan reda...?dan saya yakin Indonesia akan menjadi bangsa yang berwibawa,saudara-suadara kita tak perlu lagi menjadi babu ataupun jongos di Malaysia,Kita tak perlu jadi korban pelecehan seperti sekarang ini.
Oleh karena itu para pemimpin bangsa ini harus didesak untuk cepat menetapkan skala prioritasnya, PERANG atau BERANTAS KORUPSI dengan TEGAS.
Kedua-duanya sama-sama mempertaruhkan nyawa. Demi harga diri dan masa depan bangsa Indonesia.
Info kasus indonesia-Malasyia yang kita akses selama ini lebih banyak dari satu pihak, Yaitu pihak indonesia sendiri. Sehingga, kita gampang menyimpulkan bahwa malasya lah yang salah. Padahal banyak juga perilaku orang Indonesia yang melecehkan negeri tetangga kita tersebut.
Tidak jarang, kasus seperti ini menjadi komoditas politik. untuk mendapat simpati mayoritas orang indonesia, sejumlah tokoh mengobarkan semangat nasionalsime. Nasionalisme sering menjadi menjadi instrument politik untuk mendongkrak popularitas pribadi dan kelompoknya dan kemudian meraup keuntungan darinya.
Saya yakin lebih banyak orang Indonesia yang tidak menghendaki perang. Hanya saja, saat ini mereka lebih memilih diam. Bila saatnya memang mengharuskan, orang-orang seperti Anda, saya dan mereka yang sefaham pasti tidak akan tinggal diam dan mengobarkan perjuangan “Tentang Peperangan”.
Kita sering mencela negara-negara islam yang saling berperang. Apakah kita juga akan meniru “KESALAHAN MEREKA”. Insya Allah ada jalan keluar secara damai.(( Amiiin ))
Coba saja tanya tukang sayur di pasar, tukang becak atau petani dan nelayan apakah mereka peduli soal ini. itu hanya keinginan sekelompok kecil orang yang ingin menempatkan Indonesia pada situasi yang tidak menyenangkan.
Selama ini banyak kok jasa Malaysia terhadap indonesia, jadi jangan itu diabaikan. Perang hanya akan mendatangkan persoalan yang lebih besar terhadap negeri ini.
Jadi jangan sampai salah bertindak hanya karena tindakan provokatip dari orang2 yang tidak ingin Indonesia dan Malaysia rukun.
Perang memang bukanlah jalan yang tepat, tapi seyogyanya diplomasi yang berwibawa harus ditampilkan. Sebab sepertinya kita ini bukan seperti fihak yang MENGALAH, tapi justru tampak banget seperti fihak yang digencet dan SELALU KALAH.
Kenapa bisa jadi begini ? Dan dimata internasional kita ini seperti bangsa babu dan jongos selalu. Apakah ini salah bunda mengandung ? Atau apakah kita ini bangsa yang sudah salah asuhan ? Yang jelas sejak koruptor meraja-lela dan menjadi adikuasa di negeri ini, rakyat Indonesia seperti serba gregetan. Uring-uringan, mau marah terus tapi selalu jedog…. ketatap tembok beton.
Nah dari sinilah bangsa kita tambah jadi seperti orang yang kehilangan fungsi kontrolnya, karena tidak tahu harus membalas kepada siapa atas segala kesengsaraannya itu. Mereka buntu…. tidak punya tempat mengadu….tidak melihat ada harapan-harapan baru yang bisa menyelesaikan masa depan mereka. Segala kebijaksanaan baru justru tambah menyengsarakannya, dan menambah peluang baru bagi koruptor untuk beraksi yang lebih seru, dan yang begini ini malah membuat sakit hati rakyat kecil dan anak-anak muda yang susah cari kerja.
Dengan adanya Malaysia yang usil ini sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk mengkristalkan rasa nasionalisme, kemudian sekarang tinggal mengkelolanya saja agar rasa nasionalisme itu diarahkan ke arah musuh yang nyata dari negeri kita, yaitu para koruptor dan penculas bangsa.
Saya yakin kalau para koruptor dan para penculas negeri ini ditindak tegas, kemudian diberi sanksi yang setimpal dengan rasa sakit hati rakyat, pastilah segala geram akan reda...?dan saya yakin Indonesia akan menjadi bangsa yang berwibawa,saudara-suadara kita tak perlu lagi menjadi babu ataupun jongos di Malaysia,Kita tak perlu jadi korban pelecehan seperti sekarang ini.
Oleh karena itu para pemimpin bangsa ini harus didesak untuk cepat menetapkan skala prioritasnya, PERANG atau BERANTAS KORUPSI dengan TEGAS.
Kedua-duanya sama-sama mempertaruhkan nyawa. Demi harga diri dan masa depan bangsa Indonesia.
Info kasus indonesia-Malasyia yang kita akses selama ini lebih banyak dari satu pihak, Yaitu pihak indonesia sendiri. Sehingga, kita gampang menyimpulkan bahwa malasya lah yang salah. Padahal banyak juga perilaku orang Indonesia yang melecehkan negeri tetangga kita tersebut.
Tidak jarang, kasus seperti ini menjadi komoditas politik. untuk mendapat simpati mayoritas orang indonesia, sejumlah tokoh mengobarkan semangat nasionalsime. Nasionalisme sering menjadi menjadi instrument politik untuk mendongkrak popularitas pribadi dan kelompoknya dan kemudian meraup keuntungan darinya.
Saya yakin lebih banyak orang Indonesia yang tidak menghendaki perang. Hanya saja, saat ini mereka lebih memilih diam. Bila saatnya memang mengharuskan, orang-orang seperti Anda, saya dan mereka yang sefaham pasti tidak akan tinggal diam dan mengobarkan perjuangan “Tentang Peperangan”.
Kita sering mencela negara-negara islam yang saling berperang. Apakah kita juga akan meniru “KESALAHAN MEREKA”. Insya Allah ada jalan keluar secara damai.(( Amiiin ))
Via
news
Posting Komentar